Subscribe: RSS Twitter

Nandang Hidayat, 19 Mei 2014. Semua hal yang ada di alam semesta jika dianalisis secara statistika, peluang kejadiannya cenderung membentuk kurva normal. Maksudnya, apabila dikelompokkan menjadi tiga bagian, kejadian yang masuk kategori rendah peluangnya kecil atau jumlahnya sedikit, demikian pula yang masuk kategori tinggi, sementara yang berada di bagian tengah atau rata-rata peluangnya besar atau banyak jumlahnya.

Sebagai contoh, di seluruh dunia di negara manapun, penduduk yang masuk kategori miskin jumlahnya relatif sedikit, demikian pula penduduk yang masuk kategori kaya, dan penduduk terbanyak jumlahnya adalah penduduk yang masuk kategori kelas menengah.
Kenyataan tersebut terjadi dalam berbagai peristiwa termasuk ketika seorang guru atau pendidik melaksanakan tugasnya di kelas. Pada setiap kelas, ia akan dihadapkan pada kenyataan bahwa siswa yang secara intelektual masuk ketegori cerdas atau pintar (selanjutnya disebut “unggul”) sedikit jumlahnya, demikian pula siswa yang bodoh (selanjutnya disebut “asor”), dan jumlah siswa terbanyak adalah yang berada di bagian tengah atau yang masuk kategori rata-rata.
Hampir semua guru mengetahui kenyataan tersebut, namun tidak semua guru memperhatikan kondisi tersebut sehingga menjadi pertimbangan dalam merancang kegiatan pembelajarannya. Bahkan kebanyakan guru kurang memperhatikan hal tersebut.
Akibatnya, pemilihan strategi pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran menjadi tidak tepat. Strategi pembelajaran yang dipilih lebih menguntungkan siswa kelompok rata-rata dan kurang memperhatikan kelompok unggul dan asor. Hal ini dapat dilihat dari perilakunya ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Guru lebih memperhatikan siswa kelompok rata-rata. Sementara, kelompok siswa unggul dan asor kurang mendapat perhatian. Proses pembelajaran dianggap sudah berhasil apabila siswa kelompok rata-rata sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Siswa kelompok unggul tidak mendapat pengayaan atau pendalaman dengan memberi materi yang lebih menantang, sehingga keunggulannya tidak berkembang secara maksimal. Siswa kelompok asor tidak mendapat perlakuan khusus yang dapat membantu mereka keluar dari kesulitannya sehingga mereka dapat mencapai kompetensi minimal.
Bagi kelompok unggul, mendapat penjelasan satu atau dua kali saja mereka sudah dapat memahami materi pelajaran yang disajikan gurunya, bahkan untuk meteri tertentu dengan hanya mempelajarinya secara mandiri mereka dapat memahaminya.

Bagi siswa kelompok rata-rata perlu lebih dari tiga kali menjelaskan disertai variasi contoh untuk dapat memahami meteri pelajaran. Namun bagi siswa kelompok asor, meskipun telah berulang-ulang dijelaskan belum juga memahami materi pelajaran yang dijelaskan, bahkan seringkali sampai guru putus asa untuk membantu mereka mencapai KKM. Untuk itulah diperlukan kreativitas guru dalam meramu bahan ajar dan metode pembelajaran yang secara inklusif memberi perhatian kepada ketiga kelompok siswa tersebut secara memadai.

Uraian di atas menggambarkan seolah-olah yang bermasalah dan membutuhkan bantuan adalah siswa kelompok asor karena mengalami kesulitan belajar. Padahal, jika kita cermati sesungguhnya bukan hanya kelompok siswa asor yang bermasalah dan membutuhkan bantuan, melainkan juga siswa kelompok unggul. Bagi kelompok siswa unggul, masalah yang mereka hadapi adalah bagaimana melejitkan kemampuan mereka. Maksudnya, bagaimana mereka mengakselerasi dan mengeskalasi kemampuanjya sehingga potensi keunggulan mereka dapat berkembang secara optimal.

Para siswa kelompok unggul tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya sedang menghadapi masalah terkait dengan belajarnya. Mereka mengganggap belajarnya sudah berhasil karena semua materi yang diajarkan guru sudah dikuasainya dengan baik. Padahal, mereka belum belajar secara maksimal. Sesungguhnya mereka masih sanggup belajar lebih tinggi dan lebih dalam dari sekedar materi yang sudah didapatnya dari guru. Sementara itu, banyak guru (yang belum faham tetang anak “unggul” atau “berbakat”) tidak menganggap bahwa hal itu merupakan masalah. Akibatnya banyak siswa unggul tidak mendapat treatment yang memadai untuk dapat mengembangkan potensi keunggulannya.

Berikut ini disajikan kiat yang dapat dilakukan guru agar pembelajarannya dapat secara inklusif dapat membelajarkan kelompok unggul, rata-rata, dan asor:

  1. Persiapkanlah bahan ajar, contoh-noncontoh, ilustrasi, metafora, dan latihan atau soal untuk ketiga kelompok siswa, yaitu mulai dari yang paling mudah atau sederhana sampai paling sulit atau kompleks, dan mulai yang konkrit sampai yang abstrak.
  2. Rancanglah skenario pembelajaran dimana pada moment tertentu, guru mendekati siswa asor secara individu untuk mengidentifikasi kesulitan yang dialaminya dan memberi penjelasan menggunakan bahan ajar, contoh, ilustrasi, dan metafora yang lebih sederhana. Kemudian mintalah mereka mengerjakan tugas atau latihan yang sudah dipersiapkan untuk mereka. Sementara itu, kelompok rata-rata dan unggul diberi tugas mengerjakan latihan yang sudah dipersiapkan.
  3. Ketika guru selesai memberi penjelasan kepada kelompok asor, kemungkinan kelompok unggul sudah selesai dengan tugasnya. Datangilah mereka secara individual, koreksi hasil pekerjaannya kemudian beri tugas yang menantang yang sudah dipersiapkan.
  4. Aturlah waktu dan lakukanlah kegiatan seperti itu secara berulang sampai Anda yakin bahwa siswa kelompok asor dan rata-rata mencapai KKM dan kelompok unggul memperoleh pengayaan dan pendalaman materi untuk melejitkan kemampuannya.
  5. Pada bagian akhir kegiatan pembelajaran, beri kesempatan kepada ketiga kelompok siswa tersebut menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajarinya.
  6. Lanjutkan dengan memberi tes formatif untuk mengetahui capaian belajar mereka menggunakan soal yang bervariasi tingkat kesilitannya mulai yang paling mudah sampai yang sulit atau menantang. Soal yang sulit hanya untuk kelompok unggul, jadi tidak perlu dipersoalkan jika kelompok siswa rata-rata apalagi kelompok asor tidak mampu mengerjakannya.

Sebagai catatan, jangan sampai Anda keliru atau salah persepsi, kiat di atas tidak berarti siswa dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu asor, rata-rata, dan unggul. Jika siswa mau dikelompokkan, maka kelompokanlah secara inklusif dimana di dalamnya terdapat ketiga kelompok siswa tersebut. Namun pada saat proses pembelajaran berlangsung, berilah perlakuan khusus untuk kelompok asor dan unggul seperti telah dijelaskan di atas. Jika Anda beniat menggunakan suatu model pembelajaran tertentu, maka skenario di atas dapat dikombinasikan dengan model pembelajaran yang digunakan.

Pekerjaan guru bukanlah pekerjaan mudah, melainkan pekerjaan sulit yang hanya bisa dilakukan dengan baik oleh guru yang profesional. Gagasan ini disajikan hanya untuk konsumsi guru profesional yang selalu kreatif, inovatif, dan ikhlas dalam bekerja untuk kejayaan bangsa. . Dr. Nandang Hidayat

Leave a Reply

© 2024 APTO INDONESIA · Subscribe: RSS Twitter · Apto Theme designed by Theme Junkie
Free Web Hosting
HotCamXXX.com