Bangsa Indonesia telah merdeka 66 tahun lamanya. Bangsa Indonesia juga telah melampaui 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional, dan sudah melewati satu dasawarsa era reformasi. Cita-cita luhur bangsa menuju masyarakat yang berkeadilan sosial dan berkemakmuran, nampaknya tidak boleh hanya sekedar menjadi wacana semata, tetapi harus segera dapat kita raih dalam waktu yang lebih cepat.
Indonesia yang sempat dijuluki calon macan Asia, kini justru mendapatkan tantangan yang semakin ”seru” di kawasan ASEAN, persaingan telah ditunjukkan oleh negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, atau Thailand. Semestinya Indonesia dapat mengejar Jepang dan Korea, tetapi fakta yang terjadi dengan negeri seperti Vietnam-yang belum lama merdekapun dibeberapa sisi kita mulai ketinggalan.
Akibat rendahnya kualitas sumber daya manusia yang dimiliki, hampir di semua bidang kita mengalami stagnasi. Ekonomi, sosial, politik, hukum, olahraga dan lain-lain, Padahal, jika ditilik dari segi usia, bangsa ini sudah cukup dewasa. Tetapi, mengapa kita justru seperti terjebak dalam lingkaran kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan.
Sumber utama masalah keterpurukan ini adalah karena kemiskinan mental, rapuhnya karakter dan kemunduran moralitas. Terasa sekali terjadi kemerosotonan dalam hal kecintaaan pada bangsa, kedisiplinan, kerja keras, kebersamaan, dan gotong royong. Bahkan, seakan Roh keIndonesiaan yang tercermin dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika, sedemikian meredup digantikan oleh kepentingan lain, yang berpotensi menimbulkan disitegrasi bangsa.
Tidak perlu menyoal ke belakang guna mencari alasan dan kesalahan. Yang harus kita lakukan adalah menemukan kelemahan dan kesiapan untuk memperbaikinya. Dengan semangat kebersamaan, semangat ke-Indonesiaan, semangat pantang menyerah, kita bangun karakter bangsa demi mencapai kejayaan persada Indonesia tercinta sekaligus mampu berdiri tegak berdiri sama tinggi dengan bangsa bangsa manapun di muka bumi ini.//Irwantra
Komentar Terakhir